(IDVolunteering) Apapun Profesimu
Relawan Nomor Satu
Hai, namaku Sumiati, cukup panggil
aku sumi atau mi, kalau dipanggil ati kedengarannya aneh dan aku tidak suka.
Meski ada sih seseorang yang panggil aku dengan nama itu. Aku terlahir dari
keluarga sederhana. Ayahku seorang wirausaha, ibuku seorang penjahit. Keluarga
ku dulu amat bahagia sebelum dilanda krismon alias krisis moneter’98. Semenjak
itulah perjuangan mencari uang sangat dirasakan oleh saya. Dari semenjak SD
saya sudah berjualan, seperti coklat payung, yupi, snack dan kue-kue. Sampai
saat ini pun masih jadi reseller.
Waktu kecil kalau ditanya sama nenek, “De..
cita-cita mu mau jadi apa?” aku langsung jawab, “mau jadi pedagang sukses, biar
kaya ayah.” Simple tanpa berpikir panjang lagi. Dunia sekolah sudah mengubah
paradigma ku, kalau lagi kumpul sama teman-teman bicara soal cita-cita, mereka
selalu bilang, ada yang mau jadi dokter, pilot, pramugari, guru. “it’s sound
nice”.. lah aku masa cita-cita jadi pedagang? Aku mikir, akhirnya bilanglah
sama teman-temanku bahwa aku nanti mau jadi pramugari alasannya saat itu tinggi
badanku melebihi dari teman-teman lainnya. So, aku percaya diri dengan itu.
Selama sekolah 6 tahun SD aku selalu memikirkan cita-citaku, selama itu pula
cita-citaku selalu berubah. Awalnya
pedagang, kemudian pramugari, pilot, malah sekalian aku mau jadi astronot.
Memasuki dunia remaja baru, SMP.
Tinggi badanku ga bertambah malah teman-temanku yang pada tinggi, terlebih
teman-teman laki-laki. Harapan jadi pilot ato pramugari hapus. Sehingga aku
memutuskan mau jadi guru matematika. Aku suka pelajaran matematika. Karena aku
ga suka menghafal, aku suka merumus atau memecahkan soal. Jadi, saya sudah
yakin bahwa aku mau jadi guru matematika. Namun, ada hal yang mengganjal selama
aku sekolah yakni ketika ujian nasional berlangsung. Saya selalu jadi korban.
Korban membocorkan kunci jawaban dan ini bertolak belakang banget dengan hati
nuraniku. Setiap ulangan harian saya tidak pernah memberikan kunci jawaban
kepada siapa pun, karena bagi saya ini adalah hasil kerja keras belajarku
selama ini, jadi aku suka dicap pelit memberikan jawaban. Nah, pas UN malah
harus ngasih tau ke teman-teman, alasan guru itu katanya supaya teman-teman
kita terselamatkan. Nama baik sekolah pun tidak tercemar kalau semua murid
lulus. “it’s so complicated, for me.”
Setelah tamat SMA aku malah milih jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) menghindari semua pelajaran berbau SAINS
mungkin aku sudah lelah dengan semuanya, itulah yang membuat guru-guruku
bertanya. Tapi aku tak peduli toh yang mau menjalani kan aku. Semenjak itu pun
aku trauma jadi guru jika harus melakukan pembenaran terhadap kunci-kunci
jawaban UN demi meluluskan anak didiknya.
Dunia baru dimulai, dunia kuliah.
Awalnya tak terpikirkan olehku aku bisa kuliah, terlebih kondisi kuangan
keluargaku yang tidak memungkinkan, semenjak ayahku meninggal 3 tahun lalu.
Kata-kata kakak kelas ku yang di UNPAD itulah yang menjadi pembakar semangatku,
mengantarkanku bahwa aku harus yakin bisa kuliah.
“De, kamu harus yakin bahwa rezeki
itu Allah yang ngatur, masuk dulu aja kuliah. Insyaallah rezeki mah ngikutin,
kan banyak beasiswa nantinya.” Ujar mba Rina
“Oh, iya mba makasih nasihatnya.”
“Bismillah, Allah beri aku kemudahan
melewati semua ini.”
Berbekal keyakinan dan kemampuan yang
ada saat itu tahun 2010 saya mendaftarkan diri bergabung di Rumah Zakat. Posisi
saat itu sebagai mentor. Meski saya bukan specialist keguruan, namun berbekal
ke-PDan akhirnya saya pun bisa meyakinkan juri test saat itu. Aku pun diterima sebagai
mentor di senyum juara, salah satu program di bidang pendidikan.
Aktifitasku mulai terorganisir,
mentoring/pembinaan Anak Asuk (AA) Rumah Zakat berlangsung 2 kali dalam
sebulan. Selebihnya saya isi dengan kegiatan kemahasiswaan seperti halaqoh, kajian
KOPMA, sharing Broadcast Community Cirebon (BCC) yang saat itu baru merintis.
Jualannya? Masih tetep, kala itu saya jualin baju-baju. Kerudung, kaos kaki
milik bu Lutfi dosen Bahasa Arabku. Alhamdulillah aku diberi kepercayaan untuk
menjualkannya. Kemudian saya mencoba mempraktekan ilmu dari pembinaan membuat
bola-bola coklat, saya jual ke warnet-warnet.
Tidak berjalan lama karena kurang
peminat. Saya pun berhenti jualan itu kemudian pindah menjadi loper koran,
mangkal di lampu merah. Hal yang paling deg-degan buat saya kala itu. Pertama, takut ketahuan anak asuh bahwa
saya suka jualan koran. Kedua,
penjual koran disitu laki-laki semua, sementara saya sendiri perempuannya. Ketiga, saya suka jadi baper mereka
semua.
Setiap bulan Alhamdulillah suka ada evaluasi
dari senyum juara, suka ada upgrading membuat saya mendapat semangat baru.
Suatu ketika ada TOT (Training Of Trainer) menantang bahwa siapa yang berani
berwirausaha, saya pun langsung angkat tangan, dan teknis lanjutnya setelah
acara TOT selesai pematerinya pa ALif Ringga Persada dosen matematika. Aku pun
langsung menemui beliau dan beliau menawarkan peluang sebagai jasa londry. Saya
pun mengambil kesempatan itu. Sepulang atau sebelum kuliah saya suka menawarkan
jasa laundry ke teman-teman. Alhamdulillah sebagai tambahan kesibukan. Semuanya
tidak berjalan lama. Dan akhirnya kuputuskan untuk focus di pembinaan saja dan
mengajar lainnya, seperti mengajar di TPA Al-Jamiah, Ma’had IAIN Syekh Nurjati
Cirebon bidang Bahasa Inggris. Mengajar di SMK PUI, bidang kemuslimahan. Masih
ada hal yang dijual, di sela-sela itu saya jualan pulsa. Sempat saya ketahuan
waktu kuliah berlangsung, ada teman beli pulsa, saya langsung ditegur pak
dosen. Aku hanya bisa senyum.
Di tahun ke-2 kuliah Rumah Zakat
selalu memberikan perubahan atau penambahan entitas. Saat itu akh Ade Riyanto
terpilih sebagai ketua Relawan RI. Aku memutuskan untuk bergabung menjadi
relawan. Sebagai anggota pemula saat itu. Tahun berikutnya kang Afif Bachtiar
sebagai koordinator relawannya. Setelah itu saya. Sungguh merupakan amanah yang
besar sebagai koordinator relawan. Beberapa program yang digulirkan saat itu,
diantaranya;
1. Mesjidku Bersih dan Hijau
2. Relawan Goes to School
3. Kampus Relawan
4. Siaga Bencana
5. Launching Indonesia Mendongeng
6. Kegiatan SRPH (Semarak Ramadhan Penuh
Hikmah) meliputi, Berkah Buka Puasa (BBP), Syiar Qur’an (SQ), Berbagi Bingkisan
Jompo.
7. Kegiatan insidental lainnya.
Kepengurusanku selama 2
tahun kurang lebih, menjadi sangat bermakna setelah mengetahui bahwa inilah
relawan. Relawan pantang menyerah, pantang mengeluh dan pantang ego. Ketika ada
suatu musibah atau bencana kepentingan relawanlah yang nomor satu, karena
mereka butuh uluran tangan kita. Mendahulukan kepentingan kelompok dibanding
kepentingan pribadi. Relawan itu panggilan jiwa apapun profesinya. Sering
teman-teman memplesetkan kata relawan, rela dan tidak melawan.
Dari katanya aja Relawan,
yakni suka rela. Seseorang yang mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial suka
rela tanpa pamrih. Ada beberapa pertanyaan dari teman-teman saya seperti ini;
“Mi, jadi relawan tuh di
gaji engga?”
Saya jawab; “enggak,
karena relawan itu hanya sebatas membantu toh, bukan pekerjaan yang terikat
kontrak.”
“Oh, gitu ya.. Terus kamu
dapat darimana uangnya bisa kesana kemari?”
“Maksud kamu? kalau saya
makan sehari-hari ya adalah rezeki mah, aku kan di pondok sekarang mengurus
pondok disitu saya makan dan tidur. Kalau ada bencana yang mengharuskan saya ke
lokasi ya itu ada anggarannya dari kantor”
“ihh, enak ya jadi
relawan jalan-jalan terus…”
Dalam hati, enak dari
Hongkong, “capeek tahu,..”. sebenarnya capek tapi tergantung kitanya jika kita
menikmatinya maka kelelahan dan capek itu serasa sirna. “Biarlah lelah asal
Lillah”.
Kemudian saya akan cerita singkat
seputar program yang telah saya dan teman-teman relawan yang membantu
mensukseskan program-program ini. Apa yang telah dilaksanakan semoga
menginspirasi pembaca. Pertama, yaitu
program Mesjidku Bersih dan Hijau. Program ini tujuannya yaitu untuk
memakmurkan masjid, mesjid selain tempat ibadah sholat lima waktu. Juga bisa
sebagai tempat dakwah, menimba ilmu, sharing-sharing kajian, atau yang lebih
dikenal dengan sebutan halaqoh. Sasarannya adalah masjid yang kurang terawat,
masjid yang memerlukan bantuan, dan kehijauan yang kurang tidak adanya bunga
atau pohon di halaman masjid tsb.
Kedua, Relawan
Goes to School, yakni memberikan pelatihan-pelatihan baik itu training
motivasi, training kepenulisan, training kewirausahaan. Disesuaikan dengan
kebutuhan siswa di sekolah tsb. Oleh sebab itu pentingnya koordinasi dengan
pihak sekolah, terlebih OSIS yang mengetahui kondisi apa yang dibutuhkan oleh
teman-temannya.
Ketiga, Kampus
Relawan, sebagai media kaderisasi, pembinaan relawan, sharing, dan hal-hal
seputar informasi dari kantor rumah zakat.
Keempat, Siaga
Bencana. Dimana salah satu nya kita ikut berpartisipasi memberikan bantuan
korban gempa di Malausma, Banjir di Indramayu dan korban kebakaran. Bantuan
berupa trauma healing bersama anak-anak korban, pengobatan gratis, pembagian kornet
dan logistik lainnya disesuaikan dengan apa yang mereka butuhkan.
Kelima,
launching Indonesia mendongeng. Mendongeng merupakan salah satu program untuk
adik-adik di daerah binaan. Mendongeng salah satu media untuk memberikan
wawasan, melatih kecerdasan melalui bercerita dan supaya anak-anak tidak
kehilangan dunianya.
Keenam,
kegiatan SRPH (Semarak Ramadhan Penuh Hikmah) meliputi Berkah Berbuka Puasa,
dilaksanakan di daerah-daerah binaan RZ (Rumah Zakat) membagikan paket nasi
komplit plus takjilnya. Syiar Qur’an, yaitu membagikan AlQur’an di daerah yang
membutuhkan karena ditempat tersebut tidak adanya AlQur’an / Iqra, yang baik,
tidak sobek. Berbagi bingkisan jompo, sebagai bentuk perhatian RZ kepada
ibu-ibu jompo (nenek-nenek) yang lebih membutuhkan. Biasanya ini dibagikan
ketika mau dekat waktu lebaran.
Ketujuh,
kegiatan insidental seperti mengadakan Gerakan Pantai Ku Bersih, waktu itu kita
laksanakan di pantai Kejawanan, hasilnya kita mendapatkan sampah sebanyak 4
trashbag. Disana banyak sampah plastik bekas makan dan minum pengunjung. Bantu
sebar flyer Super Qurban. Biasanya bersama tim ZA di titik-titik lampu merah
kita melaksanakan penyebarannya. Bantu CSF (Cita Sehat Foundation) melaksanakan
pengobatan gratis. Titik lokasinya biasanya di daerah-daerah yang membutuhkan
pengobatan. Survey PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Terakhir yang paling berkesan lagi
yaitu ketika terpilih bisa ikut mensukseskan program Bhakesra 2013, delegasi
dari Rumah Zakat. Mengunjungi pulau terluar Indonesia bagian barat diantaranya;
pulau Tello, Sipora dan Siberut. Memberikan motivasi belajar dan membaca kepada
anak-anak disana.
Aktivitas sebagai relawan memberikan
banyak pengalaman, bertemu orang-orang baru, bisa berbagi. Terlebih berbagi itu
menyenangkan, berbagi itu gaya, berbagi itu gue bangeett. Dari relawan juga
kita selalu diajarkan untuk selalu hidup bersyukur atas apa yang kita miliki,
bersahaja atas segala hal. Sederhana atas apa yang kita upayakan. Dengan
hadirnya peringatan hari relawan, semoga bisa menularkan virus-virus kebaikan.
Memotivasi kita untuk terus membantu sesama, untuk terus belajar dan menggali
potensi yang dimiliki. Apapun profesimu Relawan nomor satu.
@Volunteering #ProudtobeVolunteer
#IVD2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar